Minggu, 22 November 2015

S E L A

Reading time: 4-5 minutes

Kualanamu International Airport, 23 November 2015

Kira-kira 5 minggu yang lalu, di tempat yang sama aku sedang makan siang dengan Opung menunggu jadwal penerbangan kami ke Jakarta. Kira-kira 4 minggu yang lalu, aku menjenguk Opung yang sedang tidak sehat di rumah tulang, dan mendoakan Opung sebelum keesokan harinya aku traveling ke Eropa selama 2 minggu. Kira-kira 3 minggu yang lalu aku mendengar keadaan Opung menurun drastis dalam keadaan Koma. Kira-kira 2 minggu yang lalu, aku menrubah rute penerbanganku dan langsung kembali ke Medan untuk menjenguk Opung di Rumah Sakit. Hari Minggu yang lalu dengan berat hati aku kembali ke Jakarta dan ternyata saat itulah terakhir kali aku bisa melihat Opung yang dalam keadaan masih bernafas. 

Hari selasa yang lalu, aku mendapatkan telepon dari Mama dengan suara tangisan, “Opung udah ngga ada ya nang.” Aku terdiam namun disaat yang bersamaan aku merasakan ada damai sejahtera dari Tuhan yang melampaui akal dan pikiranku. “It is done.” pikirku. Malamnya, aku langsung kembali ke Medan. Opung (76) menghembuskan nafas terakhir Pada hari Selasa, 17 November 2015 kira-kira Pukul 16.00 WIB, 8 jam setelah Ia menjalani Operasi untuk saluran pernafasan, dalam keadaan Koma yang sudah genap 18 hari. 

Opung adalah pahlawan iman bagiku dan keluargaku. Kasih sayangnya, perhatiannya dan doa-doanya tidak pernah putus bagiku dan keluargaku. Setiap hari pasti saja ada telepon dari Opung kepada kami, cucu, anak dan saudara/inya, walaupun sebentar, sebatas hanya menanyakan kabar. Opung selalu mengajarkan kami untuk hidup di dalam Tuhan dan selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup kami. Keberadaanku saat ini tidak lepas dari peran penting Opung dalam hidupku. Opung yang selalu ceria dan tidak pernah menyusahkan, the one who truly believes in me and bring out the best in me

Ini pengalaman pertama bagiku, kehilangan orang yang aku sayangi untuk selamanya, salah satu orang terpenting dalam hidupku. It feels unreal, untuk pertama kali dalam hidup aku, aku ngga tau harus ngapain. Aku ga tau harus merespon apa. Aku lemah. Aku cuma bisa diam, doa, nyanyi, nyembah dan memperkatakan firman Tuhan yang dengan kuasaNya memberikanku  kekuatan, dan di tengah-tengah waktu itu terbesit satu kata dalam hatiku, “Sela”


Di dalam Alkitab, “Sela” dijumpai dalam 39 Mazmur dan seluruhnya berjumlah 71 kali. Di luar Mazmur hanya terdapat dalam Habakuk 3:3,9,13. Ada banyak tafsiran yang muncul mengenai “Sela”. Sebagai contoh ada yang menerangkan “Sela” dalam 3 kategori: pertama, kalau dalam konteks Sastra, diartikan sebagai referensi. Kedua, kalau dalam konteks Liturgi, diartikan sebagai bersujud, dan ketiga, dalam hubungannya dengan alat musik, seperti dalam Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) yang diterjemahkan “Diapsalma” yang didefinisikan sebagai “selingan musik”. Konklusi arti “Sela” dalam kamus Alkitab adalah pause atau istirahat, menjalani hidup ini pada zaman sekarang. (sumber: wikipedia)

Sela bagiku saat ini adalah waktu dan ruang dalam kehidupan untuk aku dapat berpikir jernih, merenungkan segala sesuatunya dan berefleksi. Mengukur dan menilai semua jalan-jalan yang sudah kulalui dari kacamata Tuhan. Dalam ritme kehidupan yang semakin cepat dan rumit hari-hari ini, kita perlu menginjak rem kehidupan, dan stop! lalu berkaca diri dengan Firman Tuhan, dan menilai adakah ruangan-ruangan dalam hati kita yang perlu ditata ulang.

Tuhan ingin kita berdiam diri di dalamNya, tinggal tenang di dalamNya dan memberi waktu dan ruang bagi Dia untuk berbicara dengan leluasa kepada kita, dan menata ulang perspektif hidup dengan mengakui bahwa Dia adalah Tuhan, penulis hidup kita yang berkuasa dan berdaulat penuh atas hidup kita. 

Firman Tuhan dalam Yesaya 30:15 mengatakan: “Sebab beginilah firman Tuhan Allah, yang Mahakudus, Allah Israel: “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”

Aku percaya Tuhan akan memberikan kekuatan, sukacita dan pengharapan yang baru bagiku dan keluargaku agar kami tidak menyerah dan dapat melangkah terus. Ia mampu memulihkan keadaan kami. Opung akan selalu ada di hati kami, nilai-nilai kebaikan dan iman percaya Opung akan selalu kami kenang dan pegang dalam kehidupan kami. 


Akupun percaya Tuhan baik dan Ia akan selalu memberikan yang terbaik bagi kita anak-anakNya.  Semua yang terjadi dalam kehidupan ini sudah seizin-Nya dan dalam rencana-Nya. Aku percaya bahwa untuk segala sesuatu dibawah langit ada waktunya, dan segala sesuatu itu indah pada waktunya. Di fase kehidupan ini aku belajar kuat dalam kelemahan, percaya dalam keraguan, berserah dalam ketidakpastian dan bersyukur dalam kesesakan. I believe that His love is stronger than my pain and the joy of the Lord is my strength! Thank You, Father :’)



Selamat ber ‘SELA’


Meryl Saragih.


Ps. I miss you so much, Opung. It’s been a week :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar