Ambon merupakan kota terakhir dari 8 Kota tujuan Roadshow Konvensi Partai Demokrat. Saya
berada di Ambon dari tanggal 9-15 Maret 2014. Ini merupakan kali pertama saya
menginjakkan kaki di Ambon. Semenjak pertama kali mendarat dan keluar dari
Bandara saya terkesima dan kagum dengan pemandangan Alam yang disuguhkan kota
Ambon.
Selain pemandangan laut ditengah kota yang begitu
indah dengan air yang jernih, jalanan di kota Ambon pun tampak sangat bersih,
berbeda dengan kota-kota lainnya yang telah saya kunjungi. Penduduk lokal-nya
pun ramah-ramah, tidak seperti tanggapan kebanyakan orang mengenai masyarakat
Ambon yang bersifat keras.
Hari pertama sampai ke-empat di Ambon, saya
mengikuti serangkaian acara konvensi yang sudah di agendakan, mulai dari
kunjungan ke kantor wakil walikota, seminar di kampus UKIM Ambon, mengunjungi
pasar Tradisional di Mardika, bersilaturahim dengan Ormas dan santai sore dan
minum kopi bersama wartawan di Warung Kopi Joas yang sangat terkenal di Ambon.
Di sela-sela kunjungan saya menyempatkan diri untuk
ke toko oleh-oleh. Ternyata Ambon terkenal sebagai penghasil minyak Kayu Putih,
Mutiara dan Kain Tenun Tanimbar yang begitu unik motifnya. Saya pun tak segan
langsung memborong ketiga benda tersebut, untuk digunakan Pribadi maupun untuk
diberikan kepada keluarga dan kerabat sebagai oleh-oleh. Untuk minyak Kayu
Putih saya beli yang KW 1 – minyak kayu putih Naga Mas yang telah disuling karena
kalau yang benar-benar asli sulit ditemukan di Ambon, karena hanya bisa
didapatkan di daerah pulau buru, seram dan banda. Untuk Mutiara, saya memilih
untuk membeli Mutiara hasil dari kerang yang diternakkan di air tawar, karena
harganya relatif lebih murah sekitar 10-20 ribu per butir. Sementara untuk
Mutiara hasil ternak kerang di air laut, harga per butirnya sekitar 750 ribu
sampai berjuta-juta tergantung kualitasnya, daerah penghasil Mutiara adalah
Pulau Aru. Untuk Tenun Tanimbar khas Pulau Ambon, saya membeli model selendang
berwarna merah dan biru dengan harga berkisar 150-250 ribu, ada juga kain tenun
untuk dijadikan rok dan selendang dengan harga berkisar 550 ribu.
Setelah menghabiskan waktu berkeliling kota Ambon,
saya melanjutkan perjalanan saya ke Pulau Seram dan menginap semalam di Ora
Beach Resort, Desa Saleman. Memerlukan sekitar 5 jam untuk sampai ke tempat
ini, dari mulai menggunakan mobil, kapal Ferry hingga kapal boat kecil.
Begitu sampai di Ora Beach Resort, saya sangat kagum
melihat pemandangan alam yang sangat indah. Saya menginap di floating hut di tepi pantai dimana saya
bisa langsung memandang ke laut lepas dan memberi makan ikan yang sedang
berenang diantara batu karang yang berada dibawah air laut yang sangat jernih
di depan kamar saya. Setelah mengelilingi resort saya-pun tour menyusuri
pantai-pantai terdekat dan kemudian memilih spot
untuk snorkeling. Alam bawah laut Maluku sungguh indah dan mempesona, air
yang jernih, terumbu karang yang masih bagus dan ikan-ikan yang sangan menawan.
Setelah snorkeling saya mengunjungi situs air
belanda dimana terdapat perpaduan antara air tawar dingin yang berasal dari
bukit di desa saleman dan air laut di laut banda yang mengakibatkan suhu air di
sekitaran pantai pasir putih terkadang panas dan terkadang juga dingin.
Hari terkahir di Ora saya menghabiskan waktu untuk
berenang dan snorkeling di sekitar resort serta juga bercengkrama dengan turis
lokal dan mancanegara dari Perancis, Jerman dan Jepang yang pada waktu itu juga
sedang menghabiskan waktu liburan mereka di Maluku.
Link Foto-foto Baronda Maluku
Link ke Tribun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar